iluhnuna

Merangkul Nelayan Tradisional Dengan Teknologi

1 komentar

"Saya yakin anak muda Indonesia punya keunggulan masing-masing, kreatifitas masing-masing. Tapi yang menjadi pembeda adalah pola pikir anak muda sekarang. Sangat sedikit yang berani memulai membuat sesuatu yang baru yang bisa dimanfaatkan oleh orang banyak." Ucap Yoga. 

pelacak ikan berbasis navigasi
foto: web fishgo.id

Apa yang dikatakan pemuda asal Bali ini tentu ada benarnya. Tidak banyak anak muda yang berani mengambil tantangan untuk melakukan gerakan perubahan. 

Apalagi perubahan yang dilakukan anak muda kerap kali dipandang sebelah mata oleh generasi yang lebih tua. "Anak baru kemarin sore tahu apa" begitulah kata yang sering diucapkan oleh generasi yang lebih tua ketika ada anak muda yang memperkenalkan suatu gerakan perubahan.

Mereka cenderung enggan menerima atau mencoba mendengarkan suatu gerakan perubahan. Itulah yang menjadi tembok penghalang lintas generasi. Hanya anak muda yang berjiwa gigih dan pantang menyerah yang bisa meruntuhkan tembok tersebut.

Itulah yang dilakukan oleh I Gede Merta Yoga Pratama. Pemuda yang kini berusia 28 tahun, pantang menyerah mengajak nelayan tradisional menggunakan teknologi untuk menangkap ikan. 

Yoga, begitu biasa dia dipanggil adalah pencetus suatu aplikasi berbasis navigasi bagi nelayan tradisional. Aplikasi itu dia beri nama FishGo. Sebuah transformasi digital bagi nelayan yang menawarkan solusi langsung menangkap ikan bukan sekedar mencari ikan.

Kesenjangan Terpampang Nyata

Jika kita lihat jauh lebih dalam kehidupan di Bali, bisa dibilang sangat berbanding terbalik dengan sektor pariwisatanya. Bali memang ditopang oleh sektor pariwisata. Tapi kehidupan warga Bali tidak melulu hanya bergerak di sektor pariwisata saja.

Berdampingan dengan bar, resto ataupun hotel di pinggir pantai kita akan melihat sisi lain kehidupan para nelayan tradisional. Bisa dikatakan masyarakat nelayan tradisional ini adalah kelompok yang tertinggal secara ekonomi.

Kehidupan nelayan tradisional Bali berdampingan dengan masalah kemiskinan dan juga mengalami perkembangan ekonomi yang lambat karena masalah fasilitas yang kurang mendukung.

Tentu ada kesenjangan yang terpampang nyata yang dilihat oleh pemuda kelahiran 23 September 1996 itu. Ketika meyelesaikan tugas mata kuliah yang mengharuskan dia terjun ke lapangan mengamati masyarakat pesisir. 

Disitulah ia tersadar akan ketimpangan sosial yang ada. Ia pun bertekad ingin membantu para nelayan tersebut dengan ilmu dari pendidikan yang sedang dia tempuh. 

Puncaknya pada tahun 2017,  ketika dia magang di Balai Riset dan Observasi Laut (BROL) di Jembarana. Dia menyelesaikan proyek tugas akhir dengan melakukan pemetaan sumber daya laut dengan metode remote sensing (penginderaan jauh). 

Tidak ingin berhenti sampai disitu saja, dia terus melakukan inovasi untuk mewujudkan harapannya membantu para nelayan meningkatkan produktifitasnya. 

Seperti kata-kata yang sering kita dengar bahwa inspirasi bisa muncul dari mana saja. Tinggal bagaimana kita melihat celah dan peluang itu. Pada saat itu sedang booming permainan Pokemon Go. Sebagai anak muda tentu saja Yoga turut serta bermain game ini.

Pokemon Go adalah permainan aplikasi di ponsel pintar dimana pemain seolah diajak berburu untuk  menangkap berbagai jenis pokemon di dunia nyata. 

Ternyata permainan ini memberikan inspirasi bagi Yoga. Dia berfikir bagaimana jika permainan ini bisa digunakan nelayan untuk menangkap ikan. Pastinya sangat membantu para nelayan.

Disitulah akhirnya tercetus nama Fish Go. Idenya tersebut dituang dalam sebuah karya tulis ilmiah dan berhasil keluar sebagai juara dan memenangkan hadiah 10 juta rupiah. Hadiah lomba ini kemudian digunakan untuk mewujudkan Fish Go dalam prototype berwujud. 

Tantangan & Cita-cita

Pada awalnya Fish Go adalah sebuah situs web bukan sebuah aplikasi. Berbekal hadiah, Yoga bersama temannya membangun situs web yang berisikan peta penginderaan jauh perikanan di pesisir Kabupaten Badung. Outputnya berupa titik koordinat area ikan yang akan ditangkap. 

Dengan segera, Yoga memperkenalkan Fish Go versi web ini kepada nelayan. Tentu saja ini bukan hal yang mudah. Para nelayan termasuk ketua kelompok nelayan enggan mendengarkan teori yang dijelaskan oleh Gede Yoga. 

fishgo
foto: web fishgo.id

Melaut sembari membuka situs website tentu saja merepotkan. Para nelayan ini sudah repot bekerja dilaut berjibaku dengan ombak dan juga cuaca yang kadang tidak bersahabat. Harus memantau situs web pula. 

Meski sempat kecewa, namun dia akhirnya menyadari bahwa membuka situs web bagi nelayan ini memang merepotkan dan juga tidak efisien pastinya. 

Dengan semangat yang terus berkobar, Fish Go diikutsertakan berbagai lomba dan berhasil menjadi juara dan memenangkan sejumlah hadiah berupa uang. Hadiah itulah yang kembali digunakan oleh Yoga dan kawannya untuk mengembangkan Fish Go agar mudah digunakan oleh nelayan. 

Pada tanggal 15 Desember 2020 Fish Go resmi launching app di Gedung Kertha Gosana, Kabupaten Badung. 

Dalam aplikasi Fish Go, nelayan bisa memanfaatkan beragam fitur yaitu mendapat informasi ketinggian gelombang selama 24 jam, informasi cuaca aktual, koordinat penangkapan ikan. 

Sebuah perjuangan panjang yang akhirnya membawa I Gede Merta Yoga Pratama memenangkan SATU Indonesia Awards 2020 dalam kategori Teknologi. 

Sungguh hal yang masih membuat Yoga merasa takjub dan sulit mempercayai apa yang sudah dia peroleh sejauh ini. Perjuangan dan semangat untuk membantu nelayan tradisional Bali akan terus dioptimalkan dengan aplikasi Fish Go ini. 




Referensi:

https://fitb.itb.ac.id/bantu-nelayan-mahasiswa-itb-ini-ciptakan-aplikasi-pelacak-ikan/

https://fishgo.id/


De Eka
프라나와 엄마. KDrama Lovers. Jung Yong Hwa fans. Bucinnya Suga & Jekey!
Terbaru Lebih lama

Related Posts

1 komentar

  1. jadi ingat cerita Prilly yang pasang satelit di sekitar ikan yang dilindungi, biar tahu kemana aja berenangnya.

    begitu halnya aplikasi ini, mempermudah, dengan syarat open minded dan mau belajar teknisnya

    BalasHapus

Posting Komentar