iluhnuna

Merangkul Nelayan Tradisional Dengan Teknologi

1 komentar

"Saya yakin anak muda Indonesia punya keunggulan masing-masing, kreatifitas masing-masing. Tapi yang menjadi pembeda adalah pola pikir anak muda sekarang. Sangat sedikit yang berani memulai membuat sesuatu yang baru yang bisa dimanfaatkan oleh orang banyak." - I Gede Merta Yoga Pratama-

pelacak ikan berbasis navigasi
Gede Merta Yoga, Founder Apliksi FishGo (sumber foto: Instagram @mertayogapr)

Apa yang dikatakan pemuda asal Bali ini tentu ada benarnya. Tidak banyak anak muda yang berani mengambil tantangan untuk melakukan gerakan perubahan. 

Apalagi perubahan yang dilakukan anak muda kerap kali dipandang sebelah mata oleh generasi yang lebih tua. "Anak baru kemarin sore tahu apa" begitulah kata yang sering diucapkan oleh generasi yang lebih tua ketika ada anak muda yang memperkenalkan suatu gerakan perubahan.

Mereka cenderung enggan menerima atau mencoba mendengarkan suatu gerakan perubahan. Itulah yang menjadi tembok penghalang lintas generasi. Hanya anak muda yang berjiwa gigih dan pantang menyerah yang bisa meruntuhkan tembok tersebut.

Itulah yang dilakukan oleh I Gede Merta Yoga Pratama. Pemuda yang kini berusia 28 tahun, pantang menyerah mengajak nelayan tradisional menggunakan teknologi untuk menangkap ikan. 

Yoga, begitu biasa dia dipanggil adalah pencetus suatu aplikasi berbasis navigasi bagi nelayan tradisional. Aplikasi itu dia beri nama FishGo. Sebuah transformasi digital bagi nelayan yang menawarkan solusi langsung menangkap ikan bukan sekedar mencari ikan.

Potensi Perikanan Perairan Bali

Bali Selatan selain terkenal dengan wisata pantainya juga menghadirkan wisata kuliner yang mampu menarik wisatawan lokal maupun mancanegara, seperti aneka seafood. 

Tentu saja aneka olahan seafood ini berasal dari tangkapan nelayan sekitar yang berjuang mengarungi lautan demi menghasilkan rupiah. Lantas apakah kehidupan nelayan di Bali segemilang pariwisatanya?

Bisa dikatakan masyarakat nelayan tradisional ini adalah kelompok yang tertinggal secara ekonomi. Kehidupan nelayan tradisional Bali berdampingan dengan masalah kemiskinan dan juga mengalami perkembangan ekonomi yang lambat karena masalah fasilitas yang kurang mendukung.

Dengan armada jukung dan alat tangkap yang biasa digunakan melaut, tentu ada masa dimana nelayan kecil ini tidak mendapat hasil dan pulang dengan tangan kosong. Sementara tetap ada biaya operasional yang harus dikeluarkan. 

Belum lagi nelayan ini harus bersaing dengan kapal besar yang bisa menangkap ikan dengan jarak yang lebih jauh. Sementara nelayan kecil dengan armada jukung hanya bisa mencari ikan tidak jauh dari daratan yaitu sekitar 1 - 5 mil dari bibir pantai. 

Sedangkan untuk armada kapal tonda dengan GT yang lebih besar bisa melaut dengan jarak kurang lebih 5 - 30 mil laut. Hal ini tentu saja tergantung dengan cuaca dan juga terget tangkapan yang dicari.   

Hasil tangkapan nelayan kecil ini adalah ikan pelagis kecil seperti ikan lemuru, tembang, sunglir, layar, selar dan masih banyak ikan lainnya. 

Berdasarkan data statistik Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali, yaitu statistik perikanan tangkap tahun 2015, diperoleh sajian data produksi dalam kurun waktu 5 tahun terakhir (2011- 2015) perikanan pelagis kecil yang didominasi oleh tangkapan ikan lemuru. 

data perikanan bali
Olah Data Statistik Perikanan Tangkap

Jika dilihat berdasarkan data tersebut, sebenarnya perikanan pelagis kecil perairan Bali yang biasa ditangkap oleh nelayan berarmada jukung sangatlah potensial. Sayangnya, tangkapan jenis ikan lemuru tergantung musim dan juga kelimpahan stok di alam. Hal ini tentu saja mempengaruhi naik turunnya harga ikan.  

Sementara jika melihat data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, produksi perikanan dari seluruh kabupaten/ kota di Bali tahun 2015 sebanyak 228.874 ton. Data terbaru yaitu tahun 2022 jumlah produksi sebanyak 133.858 ton. Jika dibandingkan, produksi ini tampak mengalami penurunan 

Kesenjangan Menggugah Hati

Jika kita lihat jauh lebih dalam kehidupan masyarakat di Bali, bisa dibilang sangat berbanding terbalik dengan sektor pariwisatanya. Bali memang ditopang oleh sektor pariwisata. Tapi kehidupan warga Bali tidak melulu hanya bergerak di sektor pariwisata saja. Ada sektor lain yang menjadi penopang kehidupan warga Bali. 

Tentu ada kesenjangan yang terpampang nyata dilihat oleh pemuda kelahiran 23 September 1996 itu, ketika meyelesaikan tugas mata kuliah yang mengharuskan dia terjun ke lapangan mengamati masyarakat pesisir. 

Disitulah ia tersadar akan ketimpangan sosial yang ada. Ditengah gemerlap wisata pantai dan bar maupun restoran yang berjejer menyuguhkan pemandangan pantai, ada sekelompok nelayan yang tetap sibuk berjibaku dengan jukung dan alat tangkapnya. Tak jarang hasil yang didapatkan tidaklah sebanding dengan lamanya mereka di melaut. 

Hatinya merasa tersentuh dan miris melihat kondisi yang ada di depan matanya. Berbekal ilmu dari pendidikan yang sedang ia tempuh, tekadnya muncul untuk membantu para nelayan ini agar bisa melaut untuk menangkap ikan bukan sekedar mencari ikan berdasarkan insting semata.  

Puncaknya pada tahun 2017,  ketika Yoga magang di Balai Riset dan Observasi Laut (BROL) di Jembarana. Dia menyelesaikan proyek tugas akhir dengan melakukan pemetaan sumber daya laut dengan metode remote sensing (penginderaan jauh) yang menghasilkan sebuah laporan proyek akhir.

Mendapat pengalaman berharga dan juga ilmu praktek langsung membuat Yoga tidak ingin berhenti sampai disitu saja, dia ingin melanjutkan proyek akhir itu untuk mewujudkan harapannya membantu para nelayan meningkatkan produktifitasnya.  

"Inspirasi bisa muncul dari mana saja. Tinggal bagaimana kita melihat celah dan peluang itu." 

Sebuah ungkapan yang cocok untuk menggambarkan apa yang dirasakan Yoga pada saat itu. Sebab disaat yang bersamaan, sedang booming permainan Pokemon Go. Sebagai anak muda tentu saja Yoga turut serta bermain game ini.

Pokemon Go adalah permainan aplikasi di ponsel pintar dimana pemain seolah diajak berburu untuk  menangkap berbagai jenis pokemon di dunia nyata. 

Ternyata permainan ini memberikan inspirasi bagi Yoga. Dia berfikir bagaimana jika permainan ini bisa digunakan nelayan untuk menangkap ikan. Pastinya sangat membantu para nelayan. Disitulah akhirnya tercetus nama FishGo. 

Dukungan Pemerintah Daerah

dukungan kabupaten badung
Yoga bersama anggota Pemerintah Kabupaten Badung (sumber foto: Instagram @mertayogapr)

Hal yang patut diacungi jempol adalah adanya dukungan dari pemerintah daerah Kabupaten Badung. Hal itu bermula dari lomba Innofest Badung 2017 tingkat mahasiswa, dan karya tulis ilmiah dari tim Fakultas Kelautan dan Perikanan UNUD berhasil keluar sebagai juara 1 dan memenangkan hadiah 10 juta rupiah. 

Hadiah lomba ini kemudian digunakan untuk mewujudkan Fish Go dalam prototype dan mockup. Saat itu yang dilakukan oleh Yoga dan timnya adalah membuat situs web yang berisikan peta penginderaan jauh perikanan di pesisir Kabupaten Badung. Outputnya berupa titik koordinat area ikan yang akan ditangkap. 

Melihat usaha dan keseriusan Yoga, pemkab Badung melalui Kepala Balitbang Badung memberikan dana riset kepada FishGo untuk uji coba implementasi program selama 3 bulan. 

Tak berpuas diri sampai disitu, FishGo kembali dibawa lomba dan kembali memenangkan hadiah senilai 100 juta dari lomba Telkomsel The NextDev 2018. Selain hadiah uang sebagai modal awal, pemenang aplikasi terbaik ini juga mendapatkan mentoring, pengetahuan, pemasaran, publikasi media dan kesempatan mengikuti managemnet trip mewakili Indonesia dalam Future in Asia Pasific Investment Summit. 

Setelah mendapat modal yang lebih besar ini Yoga lantas mengurus legalitas dan melakukan pengembangan FishGo serta uji coba bersama tim ke lapangan.  

Tantangan & Cita-cita 

Awalnya Yoga dengan penuh semangat memperkenalkan Fish Go versi web ini kepada nelayan. Tentu saja ini bukan hal yang mudah diterima oleh nelayan. Para nelayan termasuk ketua kelompok nelayan enggan mendengarkan teori yang dijelaskan oleh Gede Yoga. 

Melaut sembari membuka situs website tentu saja merepotkan. Para nelayan ini sudah repot bekerja dilaut berjibaku dengan ombak dan juga cuaca yang kadang tidak bersahabat. Ditambah harus memantau situs web pula. 

fishgo
Sosialisasi penggunaan aplikasi FishGo (sumber foto: web fishgo.id)

Pengenalan yang tidak bersambut ini tentu saja membuatnya sempat kecewa, namun Yoga akhirnya menyadari bahwa membuka situs web bagi nelayan ini memang merepotkan dan juga tidak efisien pastinya. 

Pengalaman komunikasi langsung dengan nelayan ini membuka matanya lebih lebar. Yoga akhirnya membuat FishGo dalam bentuk aplikasi android yang lebih mudah digunakan oleh para nelayan. Setelah melalui perjalanan panjang, pada tanggal 15 Desember 2020 FishGo resmi launching app di Gedung Kertha Gosana, Kabupaten Badung. 

launching aplikasi fishgo
Launching aplikasi FishGo (sumber foto: web fishgo.id)

Untuk bisa menggunakan aplikasi FishGo ini, nelayan mengunduh aplikasi lalu melakukan registrasi dengan mengisi form dan melengkapi data yang diminta. Selanjutnya admin FishGo akan memeriksa kebenaran data dan melakukan verifikasi. Jika berhasil, admin akan memberikan user id dan password kepada pemohon. Pemohon disarankan untuk mengubah password akunnya agar lebih terjamin kerahasiaannya. 

Dalam aplikasi FishGo, nelayan bisa memanfaatkan beragam fitur yaitu mendapat informasi ketinggian gelombang selama 24 jam, informasi cuaca aktual, koordinat penangkapan ikan berbasis IoT, pertolongan gawat darurat (SOS), dan lokasi harian daerah potensial  penangkapan ikan. 

fitur aplikasi fishgo
Infografis aplikasi FishGo (sumber foto: Instagram @fishgo.id)

Usaha dan kerja keras tanpa mengenal lelah dalam mengembangkan teknologi ini membawa I Gede Merta Yoga Pratama memenangkan SATU Indonesia Awards 2020 dalam kategori Teknologi. 

Sungguh hal yang masih membuat Yoga merasa takjub dan sulit mempercayai apa yang sudah dia peroleh sejauh ini. Perjuangan dan semangat untuk membantu nelayan tradisional Bali akan terus dioptimalkan dengan aplikasi FishGo ini dan produk turunannya.

Produk turunan yang bisa dimanfaatkan oleh nelayan adalah Patriot dan Blue Tang. Patriot merupakan alat berbasis Internet of Things yang terhubung dengan aplikasi FishGo. Gunanya adalah membantu nelayan mengetahui posisi aktual gerombolan ikan.

Sedangkan Blue Tang mempermudah nelayan dalam menarik dan mendorong jukung ke laut. Karena untuk menarik atau mendorong jukung ini membutuhkan banyak orang. Dengan menggunakan Blue Tang aktifitas ini hanya membutuhkan 4 orang. Jadi lebih hemat tenaga dan juga memudahkan.  

Pengoptimalan aplikasi ini terus dilakukan demi benar-benar membantu nelayan. Sebagai program lanjutan, saat ini dalam website Fish Go, terdapat produk Kinzi yaitu berupa olahan kulit ikan tuna yang diolah menjadi keripik dengan 4 varian rasa. Pembuatan olahan ini dengan memberdayakan perempuan dari kalangan nelayan juga.

Ada juga produk JukBe yang membantu memasarkan ikan hasil tangkapan nelayan ini kepada konsumen langsung ke rumah dengan metode pesan online via whatsapp. Ikan segar yang dipilih akan langsung diantarkan ke rumah pemesan tanpa biaya pengiriman untuk wilayah Denpasar, Badung dan Gianyar.

FishGo akan terus dikembangkan demi merangkul nelayan tradisional. Harapan kedepannya Yoga ingin membawa aplikasi ini keluar Bali, yaitu ke arah timur. Namun hal itu masih perlu kajian yang mendalam, seba akan butuh waktu yang tidak sebentar untuk memulai dari awal. Dibutuhkan riset dan juga data untuk memetakan area penangkapan di wilayah baru.

Sosok I Gede Merta Yoga Pratama membuktikan bahwa dengan berbekal ilmu, usaha dan semangat pantang menyerah dapat membuat perubahan kecil dalam masyarakat di tanah kelahirannya. Semangat juang anak muda yang ingin membantu nelayan tradisional ini akhirnya membuahkan hasil yang membuat Yoga menjadi pribadi yang lebih baik dan juga berkembang dalam berbagai hal termasuk karier dan pendidikan. 

"Usaha kecil yang dilakukan dengan tulus dan semangat pantang menyerah akan selalu mendapat tempat di hati masyarakat."



Referensi:

Bantu Nelayan, Mahasiswa ITBB Ini Ciptakan Aplikasi Pelacak Ikan. Tersedia pada: https://fitb.itb.ac.id/bantu-nelayan-mahasiswa-itb-ini-ciptakan-aplikasi-pelacak-ikan/ [diakses 8 Oktober 2024]

Website FishGo. Tautan: https://fishgo.id/ [diakses 10 Oktober 2024]

Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. Tautan: https://bali.bps.go.id/id/statistics-table/2/MjM0IzI=/produksi-perikanan-menurut-kabupaten-kota-di-provinsi-bali.html [diakses 22 Oktober 2024]

Data dan Statistik Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali. Tautan: https://diskelkan.baliprov.go.id/wp-content/uploads/2020/04/Statistik-Tangkap_Bali_2015.pdf [diakses 28 Oktober 2024]

Telkomsel Umumkan Pemenang THE NEXTDEV 2018. Tersedia pada: https://www.telkomsel.com/about-us/news/telkomsel-umumkan-pemenang-nextdev-2018 [diakses 28 Oktober 2024] 


De Eka
프라나와 엄마. KDrama Lovers. Jung Yong Hwa fans. Bucinnya Suga & Jekey!

Related Posts

1 komentar

  1. jadi ingat cerita Prilly yang pasang satelit di sekitar ikan yang dilindungi, biar tahu kemana aja berenangnya.

    begitu halnya aplikasi ini, mempermudah, dengan syarat open minded dan mau belajar teknisnya

    BalasHapus

Posting Komentar