Kalau ditanya apakah aku menikmati menulis blog? jawabanku iya tanpa ragu. Apakah ada keinginan untuk merambah dunia kepenulisan lain selain di blog? Tentu saja ada.
Sama seperti blogger lainnya yang juga berhasil menulis buku antologi sampai menerbitkan buku solo. Aku juga ada rasa ingin seperti itu.
Jauh sebelum mengenal blogging aku sangat tertarik dengan cerpen awalnya. Dari jaman sekolah tepatnya. Tentu ada materi tentang menulis cerpen bukan? Sepertinya sih ada.
Saat itu tulisan cerpenku seputar percintaan abegeh labil. Jelas aku ingat ketika aku dan teman sebangkuku saling bertukar karya dan saling kritik. Ada hubungan membaca dan menulis disana.
Impian menjadi penulis itu tetap ada dalam diri sampai lulus sekolah. Bahkan aku membeli buku-buku panduan tentang kepenulisan fiksi.
Mungkin juga karena aku gemar berimajinasi. Sehingga ada rasa untuk menuangkan imajinasi tersebut dalam bentuk karya fiksi yang bisa dibaca oleh orang.
Tahun demi tahun berlalu akhirnya aku bertemu lagi dengan materi-materi kepenulisan yang telah lama kulupakan. Mulai dari EYD yang terus berkembang sampai bertemu materi menulis cerpen.
Tentang Menulis Cerpen
Jujur saja aku sudah lupa dengan keinginan menulis cerpen karena aku menikmati menulis artikel di blog. Dulu sih pernah mencoba menulis di platform wattpad namun juga tidak terurus.
Akhirnya dalam satu komunitas kak Jamal Irfani memberikan materi tentang menulis cerpen. Seperti yang kita ketahui semua cerpen adalah cerita pendek yang bisa dihabiskan dalam sekali duduk.
Fokus permasalahannya hanya pada satu tokoh dengan jumlah kata dalam cerpen adalah 500-10.000 kata. Meskipun singkat, namun cerpen juga wajib memiliki konflik.
Unsur Intrinsik Cerpen
Dalam suatu karya sastra tentu memiliki ciri dan unsur pembangun yang tidak boleh dilewatkan. Unsur intrinsik ini akan menghasilkan sebuah cerpen yang utuh.
1. Tema
Setiap cerita pasti memiliki tema atau pokok pikiran. Tema ini menjadi dasar dalam penulisan cerita.
2. Alur
Alur ini adalah rangkaian peristiwa dalam cerita atau urutan kronologis cerita. Alur dapat bersifat maju, mundur, atau bahkan gabungan keduanya. Cerita yang dianggap bagus tentu harus memiliki alur yang menarik, logis, dan mudah dipahami.
3. Tokoh/Perwatakan
Tokoh dalam cerpen bisa dibilang sederhana karena hanya berfokus pada satu tokoh dan satu konflik. Karakter dalam tokoh cerita bisa seorang protagonis ataupun antagonis.
4. Latar/Setting
Latar disini dapat berupa tempat, waktu, keadaan atau suasana dalam cerita. Latar yang tepat akan membantu menghidupkan cerita.
5. Sudut Pandang
Sudut pandang berarti cara penulis dalam menyampaikan ceritanya. Ada 3 sudut pandang yaitu:
- Sudut pandang orang pertama menggunakan kata aku atau saya
- Sudut pandang orang kedua menggunakan kamu dan
- Sudut pandang orang ketiga merupakan sudut pandang penulis atau narator. Menggunakan kata ia, dia atau menyebutkan nama tokoh.
6. Gaya Bahasa
Yaitu cara penulis menyampaikan sebuah cerita. Gaya bahasa ini biasanya terkait dengan tema dan kepada siapa cerita ditujukan.
7. Amanat
Pesan yang ingin disampaikan kepada pembaca.
Apakah Hubungan Membaca dan Menulis Cerpen
Membaca dan menulis itu bagaikan pasangan yang saling melengkapi. Orang yang gemar membaca belum tentu harus menjadi penulis.
Tapi kalau ingin menjadi penulis yang baik tentu harus gemar membaca. Membaca disini bukan hanya sebatas membaca buku.
Membaca tulisan di sebuah website atau berkunjung ke blog sesama teman blogger juga termasuk kegiatan membaca. Karena dari membaca kita akan mendapat wawasan, sudut pandang baru dan referensi untuk dijadikan bahan tulisan.
Lalu apa hubungannya membaca dengan menulis cerpen? Tiba-tiba aku ingin menuliskan curhatan ini.
Aku teringat kata mentorku ketika aku mengikuti kelas sebagai blogger pemula. Jam terbang itu mempengaruhi hasil. Kurang lebih begitu kata beliau.
Aku jadi kilas balik kapan terakhir kali aku membaca cerpen? atau setidaknya karya fiksi?. Ternyata sudah lama sekali aku tidak membaca fiksi. Bahkan novel terakhir yang aku baca seingatku adalah novel Hujan karya Tere Liye.
Mengingat bacaanku akhir-akhir ini adalah jenis buku non fiksi terkhusus self improvement. Pantas saja aku merasa stuck dan buntu ketika harus membuat karya fiksi. Kalaupun aku mendapat ide dan gambarannya eh ternyata terbentur aturan.
Jadi menurutku membaca dan menulis itu adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan jika dilihat dari sudut pandang penulis.Termasuk menulis kisah fiksi seperti cerpen. Memang kita dapat teorinya tapi apalah arti sebuah teori tanpa kemampuan.
Namun jangan jadikan itu sebagai alasan untuk berhenti. Itulah mengapa kita harus mengikuti suatu tantangan sebagai ajang uji kemampuan. Sampai kamu sadar dan berkata "oh aku tidak mampu dan tidak berbakat di bidang ini."
Posting Komentar
Posting Komentar