Sungguh lucu sekali hari mamak-mamak ini. Tiap hari mengeluh tapi ujung-ujungnya tidak ingin menyerah. Sebut saja itu sekedar "sambat."
Mari kita membeberkan sebuah fakta. Aku adalah orang Bali yang otomatis lidahku juga ya lidah Bali yang terbiasa dengan cita rasa masakan gurih pedasnya.
Semasa gadis, mana pernah aku effort masak makanan Bali yang terkenal dengan banyaknya rempah-rempah itu. Biasa disebut dengan "base genep."
Iya masakan Bali itu memang terkenal dengan bumbu rempahnya yang medok dan hampir semua rempah umbi-umbian digunakan.
Karena tinggal di tempat kelahiran, kalau makan masakan yang agak ribet pilihanku adalah beli saja. Sebut saja ayam betutu dan juga lawar.
Masakan khas bali yang aku suka. Kenapa harus repot memasak jika sudah ada yang jual. Begitulah prinsipku. Apalagi makannya juga tidak banyak.
Bisa karena terbiasa. Kita pasti akrab kan dengan kata ini. Karena terbiasa nanti lama-lama juga bisa. Mungkin itulah kata yang tepat aku gunakan saat ini.
Anak Rantau
Siapa sangka, enak hidup di Bali aku justru "terpaksa" pergi karena ikut suami. Jadilah aku kini anak rantau yang jauh dari orang tua dan juga saudara.
Sebagai anak rantau pastinya kita pernah merindukan masakan khas daerah asal. Itulah yang aku rasakan. Suatu ketika aku tiba-tiba ingin makan jukut bejek yang dulu biasa aku temui ketika di Denpasar.
Jukut Bejek adalah sayur kacang panjang yang direbus lalu dibelah dan disiram dengan bumbu kuning khasnya. Aku memang pernah makan tapi ya cuma makan doang. Tidak ada analisis bumbu apa yang dipakai. Toh aku bukan chef.
Ngide banget aku masak sayur itu saking pinginnya. Dengan bermodal aplikasi resep masakan aku berburu cara memasak sayuran tersebut. Lucunya adalah aku itu tidak tahu nama masakan sayuran tersebut.
Lha dulu kalau pas beli tinggal ambil atau tunjuk. Tidak pernah kepikiran bertanya nama sayurnya. Setelah sekian lama mencari akhirnya ketemu juga namanya beserta resep memasaknya.
Langsung eksekusi dan jadi dengan cita rasa yang bolehlah. Namanya juga pemula. Apesnya adalah partner serumah (suami) tidak tergerak hatinya untuk menyentuh. Karena tampilannya yang tidak menarik.
Permintaan Spesial
Dalam memasak sehari-hari aku itu jarang bertanya sama suami. Bukannya dia cerewet dalam urusan makanan, hanya saja kalau aku bertanya cenderung mintanya yang ribet.
Bukannya aku keberatan hanya saja aku ini tidak bisa memasak. Sudah effort masak, ujung-ujungnya tidak enak itu rasanya emosi. Emosi sama diri sendiri lebih tepatnya.
Benar saja tiba-tiba dia minta dimasakin ayam betutu. Astaga, udahlah aku ngga pandai masak. Ditambah aku juga tidak pernah yang namanya masak ayam betutu. Lah gimana????
Jalan ninja adalah kembali berburu resep. Mencari resep yang sekiranya masuk akal untuk masakan Bali.
Kenapa aku bilang masuk akal? Meskipun aku buta bahan-bahan secara keseluruhan tapi aku tahu komposisi bahan yang ada dalam masakan ayam betutu dari yang pernah aku beli.
Benar saja, masak ayam betutu itu tidaklah gampang. Bahannya banyak banget. Karena beneran pemula aku jadi merasa lama banget di dapur.
Sebuah Penyajian
Bisa dibilang eksekusi pertama ayam betutu Bali ala aku itu lumayan berhasil. Tapi jangan ditanya apa saja bahan-bahannya karena jujur aku sendiri lupa.
Setelah sekian lama tidak pernah memasak lagi karena ribetnya, doi minta dimasakin lagi dong. Kali ini mau dibagikan kepada teman-temannya sebagai acara makan-makan.
Rasanya ingin kutolak tapi yang minta suami sendiri. Perasaannya itu seperti anak kecil yang minta dimasakin sama ibunya. Jadi tidak sanggup untuk menolak.
Tentu saja ada beban di dalamnya. Apalagi ini masakan akan dimakan orang lain. Kalau tidak enak ada perasaan sungkan pastinya. Minimal kita menyajikan makanan yang layak dimakan dari segi cita rasa.
Akhirnya malam-malam aku video call bapak di kampung. Menanyakan resep yang otentik Bali banget. Karena bapakku ini lebih pintar masak. Sayang bakatnya tidak menurun kepadakau tapi ke adik.
Setelah berpusing ria mana langsung masak dalam jumlah banyak akhirnya kelar juga sih itu masakan. Untungnya mendapat respon yang positif dari rekan suami. Setidaknya masih menyelamatkan image suami kan.
Kalau sekarang ditanya sudah bisa masak ayam betutu Bali? Jawabannya bisa sih, tapi masih harus lihat catatan. Hanya saja sekarang sudah mulai bisa mengatur waktu masak.
Kesimpulan
Bisa karena terbiasa adalah kata sederhana yang biasa kita ucapkan tapi benar adanya. Jangan menyerah sebelum kita mencoba. Termasuk dalam hal memasak.
Memasak ayam betutu adalah hal yang baru bagiku tapi bukannya aku tidak bisa. Halangan terbesarnya adalah rasa malas karena harus berhadapan dengan banyak bumbu dan proses pengolahan bumbu-bumbu tersebut.
Pada akhirnya aku kini bisa memasak ayam betutu Bali yang memuaskan lidah.
Posting Komentar
Posting Komentar