Tahun ini bulan februari berusia 29 hari lo. Artinya tahun 2024 sekarang ini adalah tahun kabisat. Secara gampangnya sih tahun kabisat adalah tahun yang bisa dibagi empat. Pernah denger waktu sekolah kan.
Secara ilmiahnya tahun kabisat adalah tahun yang mengalami penambahan satu hari dengan tujuan untuk menyesuaikan penanggalan dengan tahun astronomi.
Karena dalam 1 tahun tepatnya terdiri dari 365 hari 5 jam 48 menit 45,1814 detik. Jika tidak ada penambahan satu hari maka setiap empat tahun akan kekurangan 1 hari yaitu 23 jam 15 menit 0,7256 detik.
Itulah sebabnya setiap 4 tahun sekali diberi 1 hari ekstra pada bulan februari [wikipedia]. Tapi bukan ini yang mau aku bahas sekarang.
Tulisan hari ini aku murni ingin curhat tentang gagalnya bulan februari dalam dunia menulisku di blog. Sama seperti blogger pada umumnya setiap tahun pasti mulai membuat target baru setelah mengevaluasi pencapaian tahun kemarin.
Aku pun sama. Membuat goals 2024. Masih semangat dong kan baru membuka lembaran baru berjudul Januari 2024.
Januari lancar alhamdulillah aku nekat mengikuti KLIP yang mengharuskan setoran minimal 10 tulisan setiap bulannya. Bagus kan ini melatih konsistensiku.
Kebetulan juga ada grup blogger yang membuka kelas menulis dan aku daftar lagi. Keduanya bisa berjalan lancar kok dan aku pun tidak menemukan kendala yang berarti. Bahkan aku mendapat ilmu baru dikelas ini.
Hal Yang Tidak Terduga
Dalam hidup sebaik apapun kita berencana tetap saja ketentuannya ditangan Yang Maha Kuasa. Ya begitulah hidup.
Karena ada hal yang tidak terduga aku mulai goyang. Awalnya masih bisa ku atasi untuk tetap setor artikel di kelas. Untuk minggu itu aku aman.
Ternyata hal tak terduga itu meleset dari jadwal semula. Sudahlah aku mulai ngga mood. Bukan salah siapa-siapa juga hanya saja aku memang tidak suka apa yang sudah dijadwalkan harus mengalami pergeseran.
Hal seperti itu membuatku harus memperhitungkan segala sesuatunya dari awal lagi. Dan aku memang orangnya tidak suka berhadapan dengan garis mati alias deadline.
Aku lebih memilih menyelesaikan satu hari sebelumnya daripada hanya dalam hitungan jam ala kompetisi memasak itu.
Oke akhirnya satu kelas itu harus aku relakan. Aku memilih mundur daripada tetap aku paksakan hasilnya juga tidak bisa maksimal.
Pikiran Perasaan & Suasana Hati
Awalnya aku mengira aku baik-baik saja. Aku memang sempat mengalami kekecewaan. Aku marah aku kecewa tapi aku berusaha meredamnya sendiri.
Aku tahu itu bukan hal yang baik tapi meluapkannya juga bukan saat yang tepat dan mungkin bukan sesuatu yang baik juga.
Mungkin karena perasaan yang menumpuk itu dan aku berusaha menyangkalnya jadilah aku berperang melawan diri sendiri.
Menolak datangnya overthinking yang akhirnya suasana hati jadi buruk. Siapa lagi yang kena imbas kalau bukan anak.
Sampai akhirnya aku merasa semakin memburuk. Meluapkan perasaan dengan caraku seperti biasa masih tidak mempan. Sampai yang aku mengadu bermonolog dengan Tuhan.
Jujur saja aku itu tidak tahu aku kenapa. Tapi aku merasa sumbernya ya rasa kecewa dan marah yang aku tekan sendiri. Aku menangis sejadi-jadinya. Tapi perasaanku tak kunjung membaik. Sebagai manusia kita tentu boleh merasa terpuruk bukan?
Sampai yang aku sudah tidak tahan lagi akhirnya aku menghubungi teman. Tapi tetap aku tidak bisa menceritakan detailnya aku kenapa. Aku cuma bilang bahwa aku sedang tidak baik-baik saja.
Masyaallah aku merasa bersyukur memiliki teman seperti ini. Dia tetap menenangkanku tanpa mendesakku untuk bercerita kenapa, masalahnya apa. Semakin tumpahlah itu air mata.
Meski kita memiliki Tuhan sebagai tempat curhat terbaik tapi kita masih butuh manusia yang bisa mendengarkan dan diajak berbicara.
Anak Sakit
Ketika kondisiku yang sedang tidak baik-baik saja belum terkendali anakku justru sakit. Itu aku semakin membenci keadaan.
Aku ngga suka tinggal disini. Hidup di perantauan yang tidak punya siapa-siapa. Pas anak sakit bingungnya pun sendirian. Rasanya bener-bener hidup sendiri.
Maka tidak salah kalau ada quote yang bilang jangan terlalu bergantung kepada orang lain. Karena yang bisa menolong dirimu ya diri sendiri.
Kata-kata bijak itu muncul pastinya karena pernah dialami oleh seseorang. Sehingga muncullah quote seperti itu.
Anak sakit demam juga ngga sehari dua hari. Sakitnya agak lama. Dan tahu lah apa yang terjadi berikutnya.
Setelah anak mulai membaik ibunya auto tertular. Pagi masih baik-baik saja. Siang udah meriang dan lanjut demam juga.
Biasanya aku kalau sakit masih doyan makan. Ini akhirnya mengalami fase ngga enak makan, ngga selera makan padahal laper. Nasi kucing seporsi aja ngga habis.
Biasanya kalau sakit demam ringan begini cukup istirahat seharian dan minum obat besoknya udah pulih.
Ini tidak. Butuh waktu 3 hari untuk mengembalikan tenaga dan menghilangkan serangan nyeri-nyeri di badan. Bawaannya masih pengen rebahan aja.
Pada akhirnya aku tidak bisa memenuhi target minimal setoran di KLIP bulan Februari ini.
referensi:
https://id.wikipedia.org/wiki/Tahun_kabisat
Posting Komentar
Posting Komentar