Terlahir menjadi perempuan itu rasanya sungguh berat dan takdir yang dituliskan saja rasanya sudah berbeda. Begitulah kerap kali aku berfikir. Beban beratnya semakin terasa saat sudah menjadi ibu.
Bahkan aku kerap kali berkata kenapa aku harus terlahir sebagai perempuan. Pikiran ini sudah terlintas bahkan sejak aku SMP.
Dari kecil sebenarnya sebagai perempuan sudah dipersiapkan untuk menjadi peran ibu. Belum lagi masalah pergaulan yang harus dibatasi.
Aku mulai menyadari hal itu ketika adikku sudah beranjak remaja. Ketika aku seumuran dia, meminta ijin untuk main aja rasanya harus siap diinterogasi dulu dengan bapak. Mulai dari kamu kemana, dengan siapa sedang berbuat apa... udah kayak lagu kan.
Bahkan sering terjadi pula akhirnya tidak jadi pergi karena males diinterogasi. Sementara adikku cukup dengan bilang "aku mau pergi main ke tempat si A" bisa langsung cus...menghilang.
Intinya aku merasa kalau adikku mendapat kebebasan yang berbeda dariku hanya karena dia laki-laki. Bukan hanya bisa langsung cus pergi, tapi jam pulangnya juga bisa lebih longgar dari jam pulangku.
Belum lagi sebagai anak perempuan aku harus mendengar tutur nasehat tentang bagaimana perempuan harus menjadi istri yang baik. Dituntut harus bisa masak dan pekerjaan rumah tangga lainnya yang harus dipelajari dari kecil. Nasehat yang aku sendiri muak sekali mendengarnya.
Seolah-olah sebagai perempuan itu sedang disiapkan untuk menjadi ibu rumah tangga yang sepenuhnya berbakti pada suami dan mengurus anak.
Itulah sebabnya aku senang sekali melihat perempuan yang masih bisa bekerja meskipun dia telah menikah. Jujur saja ada rasa iri dalam hati. Andai juga aku bisa seperti mereka.
Untuk perempuan yang masih sibuk bekerja di usia "yang katanya" pas untuk menikah. Nikmatilah dulu masa muda kalian. Tidak perlu untuk terburu-buru menikah. Menikah itu bukan akhir tapi awal dari perjalanan hidup yang nyata.
Menolak Berdiam Diri
Sejatinya aku itu masih ingin bekerja. Susah sekali beralih peran dari yang selama ini pergi pagi pulang sore atau bahkan malam lalu mendadak harus berdiam diri di rumah. Belum lagi perasaan iri kepada teman-teman yang masih bekerja.
Dulu ketika anakku masih bayi dan aku belum mengenal blogging aku kerap kali mati gaya. Apa yang harus aku lakukan sementara anak tidur.
Meski badannya diam tapi otaknya muter mencari ide bisnis atau kegiatan yang bisa dilakukan untuk mengisi waktu luang. Syukur-syukur jika menghasilkan uang.
Naif sekali saat itu tiba-tiba terlintas memulai ngeblog dan menghasilkan uang dari tulisan. Padahal tidak semudah itu.
Tak terasa 3 tahun semenjak berhenti kerja dan menjalani peran sebagai IRT yang kerap kali perang batin dengan diri sendiri aku bisa membuat dan menjalankan 2 blog. Perasaan menggebu-gebu ingin bekerja itu bisa aku kendalikan lebih baik.
Kalau diingat lagi perjalanan awal sampai saat ini dalam perbloggingan harusnya aku memuji diriku sendiri. "ya sugohaesso (수고했어), jalhaesso (잘했어)" aku bisa berjalan sejauh ini meski dirumah saja.
Tetap bisa melek perkembangan teknologi. Bisa sedikit memahami bahasa html yang selama ini apalah itu aku tidak pernah menemuinya. Dan hal lainnya yang bisa aku taklukkan sendirian dengan tetap berpegang pada google pastinya.
Karena awal ngeblog sampai tahu apa itu SEO, ganti tampilan blog dan permak manual agar sesuai keinginan, memasang domain berbayar itu dilakukan dengan bertanya pada mbah google. Mau gimana lagi belum punya teman sesama blogger saat itu.
Sampai akhirnya aku bisa kenal dengan teman-teman blogger dari berbagai provinsi. Bisa berkomunikasi dengan mereka yang tidak pelit ilmu. Rasanya sungguh jauh berbeda dari pandanganku dulu. Aku merasa mendapat dunia yang jauh lebih baik.
Menulis Untuk Kesehatan Mental
Mengutip dari situs gooddoctor dan rs.ui.ac.id menulis memiliki manfaat bagi kesehatan mental. Menulis adalah salah satu cara untuk melepaskan stress dan membantu memperbaiki suasana hati.
Dengan menulis kita bisa mengekspresikan diri dan meluapkan perasaan agar tidak penuh di kepala. Apalagi sebagai orang overthinker isi kepala itu rasanya tidak pernah sepi. Ada saja hal yang diributkan.
Menulis membantu menyimpan setiap kenangan dan perasaan yang pernah kita rasakan. Saat kita membaca kembali tulisan tersebut, bisa saja mengubah cara pandang kita akan suatu masalah yang pernah terjadi atau saat kita mengalaminya lagi.
Berikut adalah manfaat menulis bagi kesehatan mental terkhususnya perempuan:
1. Menulis Membuat Bahagia
Sebagai orang yang dibilang suka berimajinasi maka menulis adalah pelampiasan yang tepat. Sayangnya imajinasiku ini belum dibarengi kemampuan merangkai kata menjadi kalimat yang enak dibaca sebagai sebuah karya fiksi.
Tapi dengan melampiaskannya secara asal di buku atau note rasanya imajinasi itu tidak akan hilang. Perasaan yang hadir saat itu juga masih tersimpan.
Aku merasa bahagia ketika menuliskan apa yang aku suka. Hal itu yang aku dapatkan ketika menulis di blog iluhwangbi. Aku bisa membagikan hal yang aku suka kepada orang lain.
Sampai aku ingin mencoba untuk mengalihkan tulisanku agar tidak monoton. Ada baiknya kita mencoba hal baru selagi bisa. Siapa sangka aku bisa menikmatinya. Bahkan merasa lebih waras ketika bisa menulis dibarengi cerita seperti tulisan di blog ini.
2. Mengelola Stress
Setiap dari kita pasti pernah merasa tertekan. Sudahlah tertekan keadaan mana harus tertekan omongan orang juga. Tingkat stress langsung meningkat dan biasanya dibarengi dengan tidak jernihnya kita berfikir.
Melampiaskannya lewat tulisan dapat melepas emosi dan meluruskan pikiran yang kusut. Dengan catatan bijaklah menuliskannya dimana. Jika ingin meluapkannya dengan makian jangan menuliskannya di media sosial yang bisa dibaca banyak orang.
Menulis perasaan secara blak-blakakan dipercaya bisa menghilangkan rasa khawatir dan cemas. Itulah baiknya kita menuliskannya pada sebuah jurnal atau buku yang tidak akan dibaca oleh orang. Sehingga kita bisa leluasa menulis tanpa memikirkan kaidah bahasa atau penulisan yang baik dan benar.
3. Melatih Kemampuan Kognitif
Seiring bertambah usia kemampuan berfikir akan menurun. Menulis dapat digunakan untuk melatih kemampuan kognitif ini. Bagi yang belum terbiasa bisa latihan menulis secara rutin.
Sebagai blogger kita juga sedang melatih kemampuan berfikir untuk mengolah informasi sebelum disajikan kepada pembaca. Sehingga pembaca merasa senang dengan tulisan kita.
Cara Membiasakan Untuk Menulis
Menulis bagi sebagian orang adalah kebutuhan tapi ada juga yang merasa kesulitan untuk menulis. Bingung dengan apa yang harus ditulis. Bagaimana cara mengutarakannya agar terlihat enak dibaca. Dan berbagai kekhawatiran lainnya yang akhirnya membuat tidak jadi menulis.
Ada beberapa cara yang bisa dicoba untuk membiasakan diri mulai menulis:
1. Menulis secara rutin dimulai dari hal-hal sederhana yang biasa terjadi
2. Coba menulis jurnal harian atau gratitude journal
3. Jangan memaksa untuk bisa sempurna di awal
4. Tentukan tempat dan waktu yang nyaman dan pas untuk menulis
5. Menulis dengan hati
6. Membiasakan diri membaca buku
7. Mulai membuat target tulisan baik bulanan ataupun tahunan
Kesimpulan
Menulis memiliki manfaat yang baik bagi kesehatan mental. Terkhususnya perempuan yang selalu dipandang sebelah mata dibandingkan laki-laki.
Pergolakan batin itu tetap terjadi meski sudah cukup lama aku berhenti bekerja dan menemukan kegiatan baru yang ternyata cukup berdampak untuk hidupku. Jika flashback rasanya wajib sekali mengucapkan rasa bangga akan diri sendiri.
Sudah bisa berjuang sejauh ini meski dari rumah saja. Setidaknya melalui menulis blog namaku bisa dikenal beberapa orang meski tidak sefamous blogger lain tentunya. Sebagai penulis blog juga bisa mendapat banyak kenalan dari berbagai provinsi di Indonesia.
Bisa menyalurkan hobi menulis dan sarana mengembangkan kemampuan diri dengan mengikuti berbagai kegiatan yang bisa dilakukan dari rumah lewat tulisan.
Ada satu kalimat yang selalu aku ingat yaitu mulai saja dulu maka kita akan tahu sejauh mana kemampuan kita. Cobalah untuk membiasakan menulis dari hal sederhana terlebih dahulu.
Referensi:
https://rs.ui.ac.id/umum/berita-artikel/artikel-populer/the-art-of-journaling-for-mental-health
https://www.gooddoctor.co.id/hidup-sehat/mental/manfaat-menulis-untuk-kesehatan-mental/
bener juga, membiasakan menulis dari hal yang sederhana dulu
BalasHapusDulu waktu aku ngepost awal-awal, tulisanku cuman sekian ratus kata, singkat padat dan jelas.
Soalnya niat awal ngeblog memang mau bikin diary, nggak terpatok sama berapa kata, yang penting nulis
sampe sekarang, menulis sudah menjadi seperti obat antri stress juga buat aku, berkunjung ke blog temen temen dan bisa kenal meskipun dari dunia maya