Saat satu pintu tertutup pintu lain terbuka
Ada yang akrab dengan quote diatas?. Biasanya quote ini muncul saat kita mengalami kegalauan akan suatu kegagalan. Intinya mengajak kita untuk jangan terlalu menyesalinya. Pasti ada pintu lain yang terbuka untuk kita.
Kata bijak oleh Alexander Graham Bell ini memang tepat. Terkadang kita terlalu lama berdiam diri di depan pintu yang telah tertutup tanpa menyadari pintu lainnya telah terbuka.
Kali ini aku mau mengajak teman nuna untuk merenungkan yang kusebut filosofi pintu ini. Jika teman nuna sedang dalam keadaan menyesali sesuatu silahkan baca ini. Mungkin penyesalan kita berada di titik berbeda tapi mari kita ambil inti cerita yang ingin aku sampaikan.
Sampai sekarang pun tanpa sadar aku masih suka melihat kembali pintu itu dan berandai-andai jika saja pintu itu bisa ku masuki lagi.
Cita-Cita Masa Kecil
Dalam hidup kita tidak selalu dalam kondisi baik-baik saja setiap harinya. Pasti ada rasa lelah dan kesal. Kalau sudah begini aku biasanya suka kembali ke ingatan masa lalu dan menyesali masa kini. Padahal ini kan sebenarnya tidak boleh.
Tapi hal baiknya adalah aku suka sadar sendiri kalau ada hal-hal yang harus aku syukuri berada di masa ini. Proses pendewasaan diri tidak bisa berbohong.
Sebelum itu ijinkan aku bertanya apa cita-cita kalian semasa kecil?? Apakah cita-cita itu saat ini sudah terwujud atau masih dalam proses terwujud???
Tahukah kalian semasa kecil cita-citaku cukup berbeda dari anak kebanyakan. Saat anak lainnya bercita-cita jadi polisi, tentara, dokter, pilot aku sama sekali tidak tertarik dengan itu.
Masih ingat jelas dalam ingatan saat bapakku bertanya tentang cita-cita. Saat itu aku sedang duduk di bangku sekolah dasar. Aku pun menjawab bercita-cita ingin jadi ilmuan. Ilmuan dalam benakku saat itu adalah orang yang meneliti tentang tumbuh-tumbuhan.
Saat itu aku sepertinya punya ketertarikan dengan ilmu biologi. Aku suka mengamati ekosistem makhluk hidup dan tumbuh-tumbuhan.
Saat SMP cita-cita itu berubah, aku ingin jadi penulis. Sempat menulis beberapa cerpen dan bertukar cerpen dengan teman sebangku. Kebetulan dia juga pandai membuat cerita.
Tujuanku saat itu ingin mempunyai laptop. Menulis manual di buku pegel euy! Bagusnya adalah ada arsipnya sampai sekarang yang sebagian sudah hilang. Sedih.
Ketika beranjak SMA semua cita-cita itu terlupakan. Bahkan ketika ditanya apa cita-citamu?, saat itu aku tidak punya jawaban pasti.
Keajaiban Tanpa Disadari
Namanya cita-cita semasa kecil kadang kita lupa karena sibuk dengan dunia masa kini. Proses pendewasaan diri membuat kita sibuk dengan dunia dan urusan mencari uang demi memenuhi kebutuhan hidup.
Mewujudkan cita-cita?? Mana sempat terpikir, yang terpenting saat itu adalah kerja...kerja...kerja... menghasilkan uang.
Sampai akhirnya aku berkesempatan untuk kerja di salah satu kantor penelitian. Tuhan itu baik, Beliau mengijinkanku untuk mencicipi dunia penelitian dan kepenulisan.
Aku diberi kesempatan menjadi partner para peneliti. Pergi mengumpulkan data, belajar mengolah data, belajar menulis laporan hasil penelitian sampai yang belajar presentasi hasil penelitian. Langsung berkesempatan belajar paket komplit.
Beberapa tahun kemudian diberi kesempatan untuk bergabung dengan bagian laboratorium. Cukup menyenangkan meski harus berkontak dengan bahan-bahan kimia.
Masa-masa inilah mengingatkanku dengan cita-cita semasa kecil menjadi ilmuan. Aku sungguh tidak percaya ada kesempatan untuk merasakan cita-cita itu. Boleh dibilang kalau cita-cita itu terwujud ngga sih??
Pada saat itu Tuhan memberiku banyak kesempatan mencoba segala bagian. Beliau sungguh maha mengetahui apa isi hati terdalam manusia. Sampai Beliau berkata geumanhae, naga (cukup, keluar)...
Sampai akhirnya pintu itu telah ditutup oleh Nya.
Seringkali aku berdiam diri dihadapan pintu itu, menatapnya dan mengenang semua hal yang ada di baliknya.
Saat Satu Pintu Tertutup Pintu Lain Terbuka
Pintu tersebut telah tertutup maka aku harus mencari pintu lainnya agar tetap menjalani hidup yang berarti. Ternyata Tuhan telah membuka kunci pintu lainnya. Tinggal kita berani membukanya atau tidak.
Ternyata pintu yang aku buka ada kaitannya dengan cita-cita semasa SMP dan aku baru menyadarinya.
1. Memulai Blog
Aku pernah menceritakan latar belakang memulai blogging. Saat itu aku tidak sadar dengan cita-cita menjadi penulis. Intinya ke hobi dan mencari kegiatan baru. Aku benci menganggur. Setidaknya waktu kosong tidak hilang dengan percuma. Memulainya juga secara otodidak.
2. Mengenal Komunitas
Dari kegiatan blogging yang sangat panjang aku mulai mengenal beberapa komunitas. Dari berbagai komunitas itulah aku belajar banyak hal dan menemukan teman baru. Teman yang tidak pernah ditemui di kehidupan nyata tapi bisa nyambung dan ngobrol banyak hal.
3. Melek Teknologi
Kegiatan blogging dan berkomunitas daring mengharuskanku mengenal beberapa teknologi terbaru. Ketika covid melanda dunia, segala aktifitas fisik berubah menjadi online. Sehingga muncul beberapa aplikasi atau platform baru yang menggantikan cara bertatap langsung.
Pada akhirnya aku mengenal hal-hal seperti menggunakan Zoom, Google Meet, Google Class atau bahkan beberapa aplikasi yang memudahkan aktifitasku.
4. Mengenal Hal Baru
Ini baru saja aku pelajari sih. Mengenal blogging dan beberapa printilan lainnya. Btw ngeblog itu tidak cuma nulis saja ya teman.
Jendelaku sekarang agak berbeda dengan jendela pada pintu sebelumnya. Hal-hal yang kulihat juga jadi berbeda. Ada banyak hal yang sama sekali tidak pernah ada di bayangan tiba-tiba muncul di depan mata.
Baru-baru ini aku lagi belajar tentang podcast. Ini adalah salah satu hal yang sama sekali diluar jangkauan. Tidak pernah tertarik apalagi mengenal. Pada akhirnya aku mempelajarinya dan punya mainan baru yang cukup seru.
Kesimpulan
Meskipun ini adalah ceritaku tapi ada hal yang ingin aku sampaikan kepada teman nuna. Setiap orang pasti pernah mengalami hal diluar rencana atau tiba-tiba pintunya harus tertutup sepertiku. Saat ini aku adalah ibu rumah tangga. Tentu saja bukan kemauanku untuk menjadi IRT.
Tapi mungkin ini memang garis Tuhan aku harus tetap menjalaninya. Beberapa orang ada yang bahagia menjadi ibu rumah tangga, ada juga yang memang keinginannya begitu. Apapun pilihan kita tetap itu adalah pilihan terbaik yang kita jalani.
Tapi terkadang eh sering sih aku ingin kembali bekerja. Sebab itulah aku sering sekali menoleh ke pintu yang telah ditutup.
Menoleh ke belakang tidak salah tapi kita harus terus berjalan ke depan. Apapun yang teman nuna saat ini sedang sesali, yuk coba dibuka pintu lainnya.
Sejatinya kunci pintu tersebut telah dibuka. Tinggal kita harus mencoba membuka pintunya. Siapa tahu itu adalah pintu yang kita harapkan selama ini.
Seperti yang kita tahu bahwa Tuhan tidak memberi apa yang kita inginkan, Beliau memberi apa yang kita butuhkan.
Akhir-akhir ini aku menyadari bahwa mencoba lebih baik daripada hanya dipikirkan. Aku yang males-malesan ini sekarang suka mencoba hal baru.
Kalau cocok akan lanjut kalaupun tidak cocok setidaknya aku pernah mencoba dan belajar. Itulah kata nasehat untuk diri sendiri yang suka aku katakan.
Tetap bersemangat teman nuna. Mari kita berpegang pada filosofi pintu. Saat pintu lain tertutup ada pintu lain terbuka.
Posting Komentar
Posting Komentar