Tema kali ini membahas tentang film Indonesia terbaik. Dan aku memilih film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck sebagai film terbaik versi aku. Film ini dibintangi oleh Herjunot Ali, Reza Rahardian, Pevita Pearce dan Randy Danistha.
Singkatnya film ini bercerita tentang rumitnya cinta yang terhalang latar belakang sosial dan adat hingga berakhir mengenaskan. Film ini dirilis pada Desember 2013 dengan durasi tayang 2 jam 35 menit.
Kenapa aku bilang ini adalah film terbaik??? yuk kita bahas filmnya...
Sinopsis Film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck
Film ini berlatar waktu tahun 1930an. Zainuddin (Herjunot) kembali ke kampung halaman ayahnya di Batipuh, Padang Panjang. Ia adalah keturunan campuran Minang dan Bugis. Karena ibunya adalah suku Bugis dia tidak diakui sebagai suku Minang asli.
Dalam perjalanan pulang dia bertemu dengan Hayati (Pevita Pearce) gadis kembang desa. Dalam sekali jumpa Zainuddin langsung jatuh hati padanya. Hayati juga mulai ada rasa suka pada zainuddin. Mereka menjadi dekat dan saling bertukar surat.
Tak ingin berlama-lama Zainuddin memutuskan untuk melamar Hayati. Zainuddin yang miskin dan bukan keturunan Minang asli ditolak mentah-mentah oleh keluarga Hayati yang merupakan seorang bangsawan. Suku Minangkabau memang dikenal sebagai suku yang memegang teguh adat dan tradisi.
Hayati sebagai gadis penurut tentu tidak bisa berbuat apa-apa. Dia harus menuruti apa kata keluarga besarnya. Hingga akhirnya kisah cinta Zainuddin dan Hayati harus terputus karena Hayati dinikahkan dengan Aziz (Reza Rahardian) seorang yang kaya raya, terpandang dan terlebih keturunan Minang asli.
Zainuddin yang mendengar kabar tersebut langsung jatuh sakit. Dalam sakitnya Hayati sempat mengunjungi Zainuddin dan berkata-kata yang semakin menyakitinya.
Zainuddin pergi meninggalkan tanah Minang bersama sahabatnya Muluk. Dia pergi dengan rasa dendamnya pada Hayati. Meski jauh dalam lubuk hatinya sebenarnya dia masih mencintai Hayati.
Alasan Film Ini Menarik
Latar Tahun dan Adat Yang Diangkat
Film ini sejatinya diadaptasi berdasarkan novel dengan judul yang sama karya Buya Hamka. Aku rasa sudah beberapa film yang mengangkat latar adat Minang. Dalam beberapa film tersebut memang digambarkan adat Minang sangat patuh pada tradisi.
Saat menonton film ini memang ada rasa kesal dengan sikap Hayati. Tapi mengingat latar tahun yang diangkat memang wajar sifatnya seperti itu. Hayati ini memang sifatnya anggun dan penurut. Dia ingin memberontak tapi kembali lagi terkendala adat.
Selain itu dialeg dalam film ini khas sekali. Dialeg Minang- Makasar terdengar unik dan indah ditelinga.
Soundtrack Yang Terngiang-Ngiang
Grup band Nidji depercaya sebagai pengisi lagu untuk film ini. Lagu berjudul "Sumpah & Cinta Matiku" berhasil membuat penonton menangkap perasaan para pemain. Musiknya berkesan kolosal. Suasana jadulnya masuk banget.
Bahkan lirik lagunya mampu menyayat hati penonton. Judul lainnya adalah Nelangsa, Teroesir, dan Hidup Tanpa Cintamu. Semua lagunya mampu menggambarkan kondisi dalam film.
Tidak Mengenal istilah "Kutunggu Jandamu"
Ini menjadi adegan paling berkesan dan paling fenomenal menurutku. Bahkan teman laki-lakiku yang kuajak nonton film ini saat pertama rilis di bioskop setuju dengan adegan ini.
Diceritakan setelah meninggalkan tanah Minang dan tinggal di Jawa tepatnya Surabaya, Zainuddin menjadi orang yang sukses sebagai penulis. Dia menjadi penulis terkenal, kaya raya, tersohor.
Hayati dan suaminya ternyata pindah ke Jawa karena kerjaan Aziz. Namun kemudian Aziz dikisahkan bangkrut dan jatuh miskin karena hobinya yang suka berfoya-foya. Karena tak bisa hidup miskin dia memutuskan mengakhiri hidupnya dengan gantung diri.
Aziz meninggalkan surat yang berisi dia menitipkan Hayati pada Zainuddin dan menyadari bahwa Zainuddin adalah orang yang tepat untuk Hayati.
Zainuddin menerima Hayati dirumahnya yang megah hanya sebagai orang yang pernah dia kenal. Hayati yang kini seorang janda tidak membuat Zainuddin berniat mempersuntingnya kembali. Meskipun Hayati masih berusaha mengingatkan akan cintanya dan kesalahan yang terjadi di masa lalu.
"Pantang Pisang Berbuah Dua Kali, Pantang Pemuda Makan Sisa" -Zainuddin
Itulah dialog Zainuddin yang mengena di hati. Zainuddin masih ingat akan penderitaannya dimasa lalu dan dendam hatinya yang jadi pemicu kesuksesannya saat ini.
Tak ada istilah Kutunggu Jandamu dalam kamus Zainuddin.
Posting Komentar
Posting Komentar